Thursday, 3 April 2008

Tawadhu'

Teladan Yang Tinggi dari Sifat Tawadhu’

1. Umar bin Abdul Aziz saat menjabat khalifah pernah suatu malam kedatangan tamu, saat itu ia sedang menulis, sementara pelita hampir habis minyaknya maka ia permisi untuk mengambil minyak, maka tamunya berkata: Apakah khalifah mengambilkan minyak karena aku? Jawab khalifah: Bukan seorang yang mulia jika tidak memuliakan tamunya. Maka kata tamunya: Tidakkah Anda membangunkan pelayan anda? Jawab khalifah: Ia lelah karena bekerja seharian. Maka berangkatlah ia ke gudang untuk mencari minyak, lalu dituangnya sendiri dari gentong minyak ke tempatnya lalu dibawanya dengan tangan dan bajunya bernoda bekas minyak. Maka kata tamunya: Anda lakukan sendiri hal ini wahai amirul mu’minin? Maka ia menjawab: Diamlah, aku ini hanyalah seorang Umar tidak berkurang sedikitpun, dan sebaik-baik manusia adalah yang disisi ALLAH SWT tercatat sebagai seorang yang tawadhu’.

Teringat lak saya, kita ni kalau dh jadi ketua, (baru jadi dekan ke, head of department ke, belum perdana menteri lagi or even khalifah yet!)... mungkinkah akan jadi angkuh, nak seme org bawah kita buat...sampai dah nak pengsan dah org bawah kita tu...ketua2 yg kita ada sekarang bagaimanakah mrk seme? adakah kita dan mrk akan seperti pekerti umar bin abdul aziz ? Mari kita sama2 muhasabah diri kita, especially yg menaip ini....

Kisah kedua...

2. Juga pernah salah seorang putra Umar bin Abdul Aziz membeli cincin seharga 1000 dirham, maka saat terdengar oleh Umar mk ia menulis surat: Telah sampai kabar kepadaku bahwa kamu telah membeli cincin dengan harga sekian, maka apabila sampai suratku ini juallah cincin tersebut dan kenyangkan 1000 orang dengan uangmu itu, lalu belilah cincin seharga 2 dirham saja. Ketika putranya telah melakukan apa yang dimintanya maka ia menulis surat: Segala puji bagi ALLAH yang telah mengingatkan putra Ibnu Abdul Aziz akan kadar dirinya.

Cerita ni lak, membuatkan sy berfikir...hebat betul mempunyai sifat tawaduk ni.. i am sure harga anak umar ibnu al aziz (khalifah islam yg memerintah SELURUH umat islam di dunia ketika itu) lebih drp diri ini... tapi lihatlah betapa tawaduknye beliau... sikap berlebih2 ni mmg susah la kan...tapi inshaAllah kita sepatutnya refleks dari masa ke semasa...memang perlu ke diamond berkarat2 dan emas berguni2..(hehe , exaggerate sket)... perlu ke menambahkan koleksi emas permata kita? perabot yg 'layak' bagi kerabat diraja? Rumah yg bagaikan istana sedangkan ramai lagi yg tidak empunya tempat berlindung? entahla...tepuk dada kita tanya iman kita... kadang2 nafsu ini terlalu bongkak utk menurut iman...namun kita perlu lawan!

Kisah ketiga:

3. Al-Hasan ra pernah berjalan dan bertemu dengan beberapa hamba sahaya yang sedang memakan roti kering tanpa lauk, maka ia turun untuk ikut makan bersama orang-orang miskin tersebut, lalu setelah itu ia membantu mengangkatkan barang-barang yang dibawanya, lalu diajaknya ke rumahnya untuk makan bersama. Lalu ketika orang-orang merasa kagum atas hal tersebut ia berkata: Mereka lebih mulia dariku, karena mereka menjamuku dengan semua yang mereka miliki, sedangkan aku hanya menjamu mereka dari sebagian kecil yang aku miliki.

Menarik kisah ini...terasa ber deshum di dada. di hati, di qalbu.... malu.. malu pada Allah... kalau kita pi rumah org kampung2, beriya2 mrk menjamu kita,tu la makanan terbaik mrk sediakan... tapi kita bagaimana pula?

Moga kisah2 ini membantu kita muhasabah diri..

kisah di ambil drp http://www.al-ikhwan.net/index.php/tazkiyyah-an-nufus/2007/at-tawadhu-1/

(Maaf, menulis dlm tergesa2, bahse mmg tonggang langgang, tp nak share gaks)

Di tulis oleh Ana muslim

No comments:

Post a Comment